Ahmad Mansur Surya Negara, sang penulis, mengakui bahwa karyanya ini merupakan usahanya untuk menyalakan api sejarah umat Islam di Indonesia. Deislamisasi sejarah dan penentuan peristiwa nasional dalam penulisan sejarah Indonesia merupakan bahasan utama yang diurai dalam buku ini.
Penetapan ini diambil dari hari lahir Ki Hadjar Dewantara, Pendiri Taman Siswo, 1922, yang pada awalnya merupakan perkumpulan Kebatinan Seloso Kliwon. Kalau ini benar, mengapa bukan hari lahir K.H. Achmad Dahlan pendiri Persjarikatan Moehammadijah, 18 November 1912 M, sepuluh tahun lebih awal? Dan lagi pengaruhnya jauh lebih luas di seluruh kota di Nusantara. Demikian pendapat pakar sejarah asal Bandung ini.
Dalam pengantarnya beliau juga mengatakan bahwa perjuangan dakwah wirausahawan dan ulama yang diawali dari pasar dan dengan masjid dan pesantrennya, tidak hanya melahirkan mayoritas bangsa Indonesia yang memeluk Islam, melainkan juga membangkitkan kesadaran politik umat, serta membangun sekitar 40 kekuasaan politik Islam atau kesultanannya. Kelanjutannya tidaklah heran jika karena pengaruh perjuangan ulama, lahirlah Proklamasi, 17 Agustus 1945, Djoemat Legi, 9 Ramadhan 1364. Sebelum Ir. Soekarno membacakan proklamasinya, ia meminta restu dari beberapa ulama terkemuka di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Buku setebal 584 halaman ini mengungkap fakta-fakta sejarah yang membuktikan betapa besarnya peran kepemimpinan ulama dan santri dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dan negara dalam menjawab serangan imperialis Barat dan Timur. Beliau juga mengungkap adanya upaya deislamisasi nasionalisme di Nusantara. Gerakan nasionalisme yang dipimpin oleh ulama dan santri dalam menanamkan kesadaran bertanah air, berbangsa dan beragama Islam serta memertahankan kemerdekaan. Demikianlah pengertian nasionalisme sebenarnya. Namun, berikutnya, terjadi pembelahan pengertian nasionalisme sebagai gerakan bukan Islam (Api Sejarah, hal. 125)
“Tak bisa dipungkiri bahwa perjuangan para ulama zaman dulu, bersama laskar Hizbullah, dan segenap entitas umat Islam lainnya ketika itu, memang dilakukan secara tulus ikhlas. Hanya untuk mengharap ridha Allah dalam mengusir kaum kafir di Indonesia. Saking tulusnya, mereka enggak menyadari bahwa alur sejarah Indonesia telah direkayasa kaum sekuler dan menafikan mereka dari sejarah panjang Indonesia. Pada akhirnya ulama memang selalu menjadi abu sejarah Indonesia, bukan apinya,” ujar Ahmad Mansur seperti yang dikutip oleh Annida-online.com.
Buku yang baru saja terbit jilid keduanya (dengan judul "Api Sejarah 2" yang pernah dikabarkan hilang dan terancam tidak jadi terbit karena draft naskahnya "dicuri" pada saat seminar Api Sejarah di Gedung Juang 45, Sukabumi) ini mengulas secara detail:
- Pengaruh Kebangkitan Islam di Indonesia
- Masuk dan Perkembangan Islam di Nusantara Indonesia
- Peran Kekuasaan Politik Islam melawan Imperialisme Barat
- Peran Ulama dalam Gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1924 M)
Judul Buku : Api Sejarah
Pengarang : Ahmad Mansur Surya Negara
Penerbit : Salamadani
Tahun terbit : 2009
Volume : 584 halaman
Sumber: http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=364:api-sejarah-mengungkap-sejarah-indonesia-yang-tersembunyi-dan-disembunyikan&catid=97:info-buku&Itemid=348
Tidak ada komentar:
Posting Komentar