Jumat, 19 Agustus 2011

Minal aidin wal faidzin = mohon maaf lahir batin. Iya gitu??

Sehubungan sebentar lagi umat muslim akan memasuki hari Raya Iedul Fitri 1432 H atau lebaran, kali ini saya akan membahas mengenai kalimat yg sering diucapkan pada waktu lebaran yaitu (jengjereng) "Minal 'Aidin Wal Faizin"...
Waaw kenapa? ada apaa memang??


Yap, momen iedul fitri ini juga dimanfaatkan untuk saling memaafkan atas kesalahan yang telah diperbuat sepanjang tahun ini kepada sanak-saudara, teman, guru, rekan kerja, dan kekerabatan lainnya.


Sering kita mendengar bahkan mengucapkan “Minal 'Aidin wal Faizin” yang disangka bermaknakan "mohon maaf lahir batin". TETOT!! anda salah! xO *ekspresi mengangap tanpa batas...#ebee-__-
Lalu, apa sebenarnya makna dari kalimat tersebut??


Kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” adalah penggalan sebuah doa dari doa yang yangbiasa diucapkan para sahabat Rasul ketika kita selesai menunaikan ibadah puasa yakni :
“Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin” yang artinya 
“Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk/bagian (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan/orang-orang yg menang”.


Sehingga arti sesungguhnya dari “Minal Aidin wal Faidzin” adalah "(semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang"


Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, pernyataan minal aidin tetap tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.

Untuk itu, ketika kita mengucapkan "minal adin yaa :)" arti sesungguhnya adalah "bagian dari orang2 yg kembalii yaa :)"
waah, ga nyambung dong, maksud meminta maaf tapi mengucapkan maksud yang lain.

Sehingga ketika hari raya Idul Fitri itu tiba, maka ucapkanlah "Taqabbalallahu minna wa minkum :)"
(Semoga Allah menerima amalanku dan amalanmu).. dan cukuplah menjawabnya dengan aamiin..


Ternyata apa yang sudah biasa kita dengar belum tentu bermaknakan sebenarnya. Kita hanya mengikuti apa yg kebanyakan orang lakukan tanpa mencari tahu bagaimana sesungguhnya kalimat atau tuntunan dari *sessuatu* (baca: ala syahrini) itu.

Sehingga menjadi sebuah pembelajaran kita nih untuk kedepannya agar lebih *ngeh* / memperhatikan dengan baik terhadap kalimat2, propaganda, slogan, ucapan atau yang lainnya ketika kita tidak benar mengetahui makna sesungguhnya.

Allahu'alam


Alhamdulillahirrabbil'alamiin, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Mari kita membiasakan kebenaran bukannya membenarkan kebiasaan.. :-) *caaooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar